ABSTRAK
Usaha untuk perbaikan kualitas pendidikan dilakukan melalui peningkatan kualitas sumber daya manusia yaitu dengan kualitas proses pembelajarandiharapkan peserta didik akan mendapatkan hasil belajar seperti yang diharapkan. Melalui pendidikan akan dihasilkan peningkatan kualitas sumber daya manusia yaitu manusia yang kreatif, produktif dan inovatif .
Pada umumnya proses kegiatan belajar mengajar di Sekolah masih banyak yang berpusat pada guru ,dimana guru sebagai sumber informasi. Pelaksanaan pembelajaran yang berpusat pada guru memandang pengertian mengajar sebagai kegiatan menyampaikan bahan pelajaran. Pendekatan ini amat merugikan siswa karena membuat siswa tidak bergairah , kegiatan belajar mengajar hanya satu arah dan hanya terjadi transfer informasi.
Ditinjau dari sudut pemerataan dan efisiensi penyelenggaraan persekolahan , system pembelajaran konvensional yang berpusat pada guru dinilai paling efektif, praktis dan mudah dalam penyampaian materi ajar karena tidak memerlukan banyak persiapan , cukup dengan cara guru menerangkan dan jika diperlukan ditambah dengan sedikit media pembelajaran. Akan tetapi pembelajaran yang berpusat pada guru hanya menjadikan siswa sebagai robot, meskipun mungkin punya bobot keilmuan tetapi kurang kreatif dan inovatif. Hal ini sesuai dengan kenyataan diatas tentang rendahnya kualitas pemahaman tentang materi pelajaran kimia karena setiap dilakukan ulangan harian masih banyak siswa yang mendapat nilai dibawah standar ketuntasan, sehingga perlu adanya pemecahan masalah tersebut dengan melakukan pengembangan model pembelajaran dan yang akan kami gunakan adalah model pembelajaran kooperatif
Dengan model pembelajaran kooperatif diupayakan agar siswa saling bekerja sama untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran. Tahap pelaksanaan kegiatan ditandai oleh keikutsertaan siswa dalam mengelola kegiatan belajar mengajar. Kerjasama antar siswa diharapkan mampu menumbuhkan semangat belajar dan berpartisipasi yang tinggi terhadap pelaksanaan belajar mengajar. Hal ini diharapkan akan berdampak pada hasil belajar yang optimal. Mengamati kebiasaan siswa yang aktif , ternyata ia dapat membantu temannya yang masih kurang jelas saat guru member penjelasan tentang materi pelajaran. Siswa yang mempunyai prestasi akademis akan menjelaskan kepada temannya bagaimana caranya memahami materi pelajaran tersebut hingga mendapat nilai yang baik, sehingga motivasi belajar siswa yang lain lebih bisa ditingkatkan.. Dengan peranan siswa yang aktif , guru mempunyai waktu yang cukup untuk melakukan penilaian yang obyektif terhadap mayoritas siswa , meskipun jumlah siswa yang diajar banyak.
BAB I
EVALUASI DIRI
1.1 Latar Belakang Masalah
Salah satu usaha perbaikan kualitas pendidikan dilakukan melalui peningkatan kualitas sumber daya manusia . Dalam hal ini peningkatan kualitas pendidikan tidak terlepas dari kualitas proses pembelajaran. Melalui proses pembelajaran tersebut peserta didik mendapatkan hasil belajar seperti yang diharapkan.
Sumbar daya manusia yang berkualitas adalah manusia yang dapat mengembangkan potensi dirinya secara produktif bagi pembangunan nasional . Pendidikan merupakan salah satu wahana untuk mengembangkan sumber daya manusia yang berkualitas. Dengan kata lain pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting karena pendidikan merupakan usaha sadar untuk mempersiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan , pengajaran dan atau latihan bagi peranannya di masa yang akan datang . Melalui pendidikan akan dihasilkan peningkatan kualitas sumber daya manusia yaitu manusia yang kreatif, produktif dan inovatif .
Dalam suasana belajar mengajar di lapangan dalam lingkungan sekolah sering dijumpai beberapa masalah . Meskipun para siswa mendapatkan nilai-nilai angka rapor yang cukup baik dalam mata pelajaran , namun mereka nampak kurang mampu menerapkan pengetahuan, ketrampilan dan sikap dalam situasi yang lain. Sebagian besar dari pengetahuan itu diterima dari guru sebagai informasi. Para siswa tidak dibiasakan untuk mencoba menemukan sendiri informasi itu sehingga pengetahuan yang dimilikinya itu tidak dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari .
Pada umumnya proses kegiatan belajar mengajar di Sekolah masih banyak yang berpusat pada guru ,dimana guru sebagai sumber informasi. Pelaksanaan pembelajaran yang berpusat pada guru memandang pengertian mengajar sebagai kegiatan menyampaikan bahan pelajaran. Pendekatan ini amat merugikan siswa karena membuat siswa tidak bergairah , kegiatan belajar mengajar hanya satu arah dan hanya terjadi transfer informasi.
Ditinjau dari sudut pemerataan dan efisiensi penyelenggaraan persekolahan , system pembelajaran konvensional yang berpusat pada guru dinilai paling efektif, praktis dan mudah dalam penyampaian materi ajar karena tidak memerlukan banyak persiapan , cukup dengan cara guru menerangkan dan jika diperlukan ditambah dengan sedikit media pembelajaran. Akan tetapi pembelajaran yang berpusat pada guru hanya menjadikan siswa sebagai robot, meskipun mungkin punya bobot keilmuan tetapi kurang kreatif dan inovatif. Hal ini sesuai dengan kenyataan diatas tentang rendahnya kualitas pemahaman tentang materi pelajaran kimia di SMA YPPI – II khususnya kelas XB karena setiap dilakukan tes atau ulangan harian masih banyak siswa kelas XB yang mendapat nilai dibawah standar ketuntasan dibandingkan kelas X lainnya , sehingga perlu adanya pemecahan masalah tersebut dengan melakukan pengembangan model pembelajaran dan yang akan kami gunakan adalah model pembelajaran kooperatif
Dengan model pembelajaran kooperatif diupayakan agar siswa SMA YPPI –II kelas XB saling bekerja sama untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran. Tahap pelaksanaan kegiatan ditandai oleh keikutsertaan siswa dalam mengelola kegiatan belajar mengajar. Tugas utama siswa tetap belajar, akan tetapi tanggung jawabnya dikembangkan mencakup keterlibatan dalam membina dan mengembangkan kegiatan belajar mengajar.
Kerjasama antar siswa diharapkan mampu menumbuhkan semangat belajar dan berpartisipasi yang tinggi terhadap pelaksanaan belajar mengajar. Hal ini diharapkan akan berdampak pada hasil belajar yang optimal. Mengamati kebiasaan siswa yang aktif , ternyata ia dapat membantu temannya yang masih kurang jelas saat guru member penjelasan tentang materi pelajaran. Siswa yang mempunyai prestasi akademis akan menjelaskan kepada temannya bagaimana caranya memahami materi pelajaran tersebut hingga mendapat nilai yang baik, sehingga motivasi belajar siswa yang lain lebih bisa ditingkatkan. Model pemebelajaran seperti ini dapat mempercepat proses pembelajaran sehingga soal yang berhasil diselesaikan relative banyak untuk setiap tatap muka serta memungkinkan banyak siswa mendapat kesempatan untuk mencoba sendiri selain yang dikerjakan bersama teman yang membantunya . Dengan peranan siswa yang aktif , guru mempunyai waktu yang cukup untuk melakukan penilaian yang obyektif terhadap mayoritas siswa , meskipun jumlah siswa yang diajar banyak.
1.2 Identifikasi masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka identifkasi masalah dirumuskan sebagai berikut :
1. Penggunaan model pembelajaran konvensional kurang memberikan motivasi siswa untuk mendapatkan hasil prestasi akademis siswa yang memuaskan .
2. Belum ditemukannya model pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil prestasi akademis siswa untuk mata pelajaran kimia
1.3 Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah diatas , maka permasalahan yang dapat dirumuskan adalah :
Apakah dengan model pembelajaran kooperatif tipe think pair share dapat membantu dan memotivasi siswa kelas X B SMA YPPI – II Surabaya tahun pelajaran 2009 -2010 dalam memahami konsep materi ajar kimia ?
1.3 Tujuan Penelitian
Dengan model pembelajaran kooperatif tipe think pair share dapat membantu dan memotivasi siswa kelas X A SMA YPPI – II Surabaya tahun pelajaran 2009 -2010 dalam memahami konsep materi ajar kimia
1.4 Manfaat penelitian
a. Bagi guru
Melalui Penelitian tindakan kelas ini guru dapat mengetahui model pembelajaran yang bervariasi untuk meningkatkan system pembelajaran dan membantu siswa kelas X A SMA YPPI – II Surabaya tahun pelajaran 2009 -2010 dalam memahami materi ajar kimia
Dapat memotivasi guru untuk lebih intensif melakukan penelitian lain agar pembelajaran lebih menarik dan berkualitas
b. Bagi siswa
Dapat meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa
c. Bagi sekolah
Dapat mengintensifkan penerapan model model pembelajaran kooperatif tipe think pair share di SMA YPPI –II Surabaya agar lebih baik dan semakin sempurna
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pembelajaran dengan pendekatan konvensional umumnya didasarkan pada asumsi bahwa bila diajarkan kepada siswa pengetahuan dasar secara langsung dan berurutan , mereka akan menggunakan pengetahuan dasar tersebut secara kreatif dan kritis untuk menyelesaikan suatu permasalahan . Bagi beberapa siswa asumsi ini terbukti dan berlaku , akan tetapi kebanyakan tidak.
Pandangan konstruktivitis yang menjadi landasan filosofi pembelajaran kooperatif berpegang pada asumsi bahwa pengetahuan diperoleh sebagai akibat dari proses konstruksi yang terus menerus diterima . Pengamalan-pengalaman diatur, disusun dan ditata kembali dengan mengaitkan struktur kognitif yang dimiliki siswa sedikit demi sedikit dimodifikasi dan dikembangkan .Pengetahuan akan diciptakan dalam pikiran siswa sebagai hasil interaksi pancaindera dengan lingkungannya . Berbeda dengan filosofi yang mendasari metode pembelajaran konvensional , pengetahuan tidak semata-mata ditransfer oleh guru kepada siswa.
Metode pembelajaran kooperatif menciptakan suatu lingkungan untuk tempet berinteraksinya siswa dalam memandu pancainderanya . Lingkungan yang dibentuk berupa kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari para siswa dalam satu kelas. Agar terjalin interaksi yang dinamis dalam suatu kelompok , anggota-anggota kelompok diutamakan tidak bersifat homogen. Dalam arti , pada satu kelompok terdapat siswa yang relatif pintar sekaligus juga terdapat siswa yang relatif kurang pintar . Dengan komposisi demikian diharapkan tersipta peran tutor beserta tutee antar teman dalam satu kelompok.
Lima unsur dalam pembelajaran kooperatif adalah :
1. saling ketergantungan positif
2. tanggung jawab perseorangan
3. interaksi promotif
4. komunikasi antar anggota
5. pemrosesan kelompok
Unsur pertama pembelajaran kooperatif adalah saling ketergantungan positif . Unsur ini menunjukkan bahwa dakam pembelajaran kooperatif ada dua pertanggungjawaban kelompok yaitu mempelajarai bahan yang ditugaskan dan menjamin semua anggota kelompok secara individu mempelajari bahan yang ditugaskan tersebut.
Beberapa cara membangun saling ketergantungan positif yaitu :
1. Menumbuhkan perasaan peserta didik bahwa dirinya terintegrasi dalam kelompok , pencapaian tujuan terjadi jika semua anggota kelompok mencapai tujuan . Peserta didik
harus bekerja sama untuk dapat mencapai tujuan .Tanpa kebersamaan tidak akan tercapai.
2. Mengusahakan agar semua anggota kelompok mendapatkan penghargaan yang sama jika kelompok mereka berhasil mencapai tujuan.
3. Mengatur sedemikian rupa sehingga setiap peserta didik dalam kelompok hanya mendapatkan sebagian dari keseluruhan tugas kelompok.
4. Setiap peserta didik ditugasi dengan tugas atau peran yang saling mendukung dan saling berhubungan , saling melengkapi, dan saling terikat dengan pesrta didik lain dalam kelompok
Unsur kedua pembelajaran kooperatif adalah tanggung jawab individul . Beberapa cara menumbuhkan tanggung jawab perseirangan adalah
1. Kelompok belajar jangan terlalu besar
2. Melakukan assesmen terhadap setiap siswa
3. Memberi tugas kepada siswa , yang dipilih secara random untuk mempresentasikan hasil kelompoknya kepada guru maupun kepada peserta didik didepan kelas
4. Mengamati setiap kelompok dan mencatat frekuensi individu dalam membantu kelompok
5. Menugasi seorang peserta didik untuk berperan sebagai pemeriksa dikelompoknya
6. Menugasi peserta didik mengajar temannya
Unsur ketiga pembelajaran kooperatif adalah interaksi promotif . Unsur ini penting karena dapat menghasilkan ketergantungan positif .
Ciri-ciri interaksi promotif adalah :
1. Saling membantu secara efektif dan efisien
2. Saling memberi informasi dan sarana yang diperlukan
3. Memproses informasi bersama secara lebih efektif dan efisien
4. Saling mengingatkan
5. Saling membantu dalam merumuskan dan mengembangkan argumentasi serta meningkatkan kemampuan wawasan terhadap masalah yang dihadapi
6. Saling percaya
7. Saling memotivasi untuk memperoleh keberhasilan bersama
Unsur keempat pembelajaran kooperatif adalah ketrampilan sosial. Untuk mengkoordinasikan kegiatan peserta didik dalam pencapaian tujuan peserta didik harus :
1. Saling mengenal dan mempercayai
2. Mampu berkomunikasi secara akurat dan tidak ambisius
3. Saling menerima dan saling mendukung
4. Mampu menyelesaikan konflik secara konstruktif
Unsur kelima pembelajaran kooperatif adalah pemrosesan kelompok .
Melalui pemrosesan kelompok dapat diidentifikasikan dari urutan kegiatan kelompok atau kegiatan dari anggota kelompok. . Tujuan pemrosesan kelompok adalah meningkatkan efektivitas anggota dalam memberikan kontribusi terhadap kegiatan kooperatif untuk mencapai tujuan kelompok. .
Intraksi kelompok memiliki berbagai ciri . Reardon mengemukakan komunikasi antar pribadi mempunyai 6 ciri yaitu :
1. Dilaksanakan atas dorongan berbagai faktor
2. Mengakibatkan dampak yang disengaja dan yang tidak disengaja
3. Kerap kali berbalas-balasan
4. Mengisyaratkan hubungan antar pribadi antara paling sedikit dua orang
5. Berlangsung dalam suasana bebas , bervariasi dan berpengaruh
6. Menggunakan berbagai lambang yang bermakna
De Vito mengemukakan bahwa komunikasi antar pribadi mengandung 5 ciri yaitu keterbukaan, empati, dukungan, perasaan positif dan kesamaan.
Evert Rogers menyebutkan beberapa ciri komunikasi antar pribadi yaitu :
1. Arus pesan cenderung dua arah
2. Konteks komunikasi adalah tatap muka
3. Tingkat umpan balik tinggi
4. Kemampuan untuk mengatasi tingkat selektivitas sangat tinggi
5. Efek yang terjadi antara lain perubahan sikap
Lingkungan belajar dan sistem pengelolaan pembelajaran kooperatif harus :
1. Memberikan kesempatan terjadinya belajar berdemokrasi
2. Meningkatkan penghargaan peserta didik pada pembelajaran akademik dan mengubah norma-norma yang terkait dengan prestasi
3. Mempersiapkan peserta didik belajar mengenai kolaborasi dan berbagai ketrampilan sosial melalui peran aktif peserta didik dalam kelompok kecil
4. Memberi peluang terjadinya proses partisipasi aktif peserta didik dalam dalam belajar dan terjadinya dialog interaktif
5. Menciptakan iklim sosial emosional yang positif
6. Menumbuhkan produktivitas dalam kelompok
7. Mengubah peran guru dari center stage performance menjadi koreografer kegiatan kelompok.
8. Menumbuhkan kesadaran pada peserta didik arti penting aspek sosial dalam individunya
Metode pembelajaran kooperatif
Jigsaw, Think Pair Share , Numbered Heads Together, Group investigation, Twostay two stray, Make a match, Listening team, Inside-outside team, Bamboo Dancing, Point-counter-point, The power of two
Metode pendukung pengembangan pembelajaran kooperatif
PQ4R, Guide note taking, Snowball drilling, Concept mapping, Giving question and getting answer, Question student have, Talking stick, Everyone is teacher here, Tebak pelajaran
Metode – metode pembelajaran aktif
Leaning start with a question , Plantet question, Team quiz, Modelling the way, silent demonstration, Practise – rehearsal pairs, Refkektif, Bermain jawaban, Group resume , Index card match, Guide teaching, The learning cell, Learning contracts, Learning journals, Examples non examples , Picture and picture , Cooperative script , Artikulasi, Snowball Throwing, Student facilitator and explaining, Course review horey, Demontration , Explicit instruction , Cooperatif integrated reading and composition , Tebak kata , Concept sentence, Complette sentence, Time token arends 1998, Student Team Achievement Division
Think pair share
Think pair share atau berpikir berpasangan berbagi merupakan model pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa. Strategi Think pair share ini berkembang dari penelitian belajar kooperatif dan waktu tunggu. Pertama kali dikembangkan oleh Frang Lyman dan koleganya di Universitas Maryland sesuai yang dikutip Arends ( 1997 ) menyatakan bahwa Think pair share merupakan suatu cara yang efektif untuk membuat variasi suasana pola diskusi kelas. Dengan asumsi bahwa semua diskusi membutuhkan pengaturan untuk mengendalikan kelas secara keseluruhan dan prosedur yang digunakan dalam Think pair share dapat member siswa lebih banyak waktu berpikir untuk merespon dan saling membantu. Guru memperkirakan hanya melengkapi penyajian singkat atau siswa membaca tugas atau situasi yang menjadi tanda tanya . Sekarang guru menginginkan siswa mempertimbangkan lebih banyak apa yang telah dijelaskan dan dialami. Guru memilih menggunakan Think pair share untuk membandingkan tanya jawab kelompok keseluruhan.
Guru menggunakan langkah-langkah ( fase ) berikut :
a. Langkah 1 : berpikir ( Thinking )
Guru mengajukan pertanyaan atau masalah yang dikaitkan dengan pelajaran dan meminta siswa menggunakan menggunakan waktu beberapa menit untuk berpikir sendiri jawaban atau masalah . Siswa membutuhkan penjelasan bahwa berbicara atau mengerjakan bukan bagian berpikir
b. Langkah 2 : berpasangan ( Pair )
Selanjutnya guru meminta siswa untuk berpasangan dan mendiskusikan apa yang telah mereka peroleh . Interaksi selama waktu yang disediakan dapat meyatukan jawaban jika suatu pertanyaan yang diajukan atau menyatukan gagasan apabila suatu masalah khusus yang diidentifikasi.
c. Langkah 3 : Berbagi ( sharing )
Pada langkah akhir , guru meminta pasangan-pasangan untuk berbagi dengan keseluruhan kelas yang telah mereka bicarakan. Hal ini efektif untuk berkeliling ruangan dari pasngan ke pasangan dan melanjutkan sampai sekitar sebagain pasangan mendapat kesempatan untuk melaporkan , Arends ( 1997 ) disadur Tjokrodihardjo ( 2003 ) .
Keuntungan model pembelajaran kooperatif tipe Think pair share
1. Think pair share melibatkan semua siswa secara langsung dalam Kegiatan belajar mengajar
2. Setiap siswa dapat menguji tingkat pengetahuan dan penguasaan bahan pelajarannya masing-masing
3. Think pair share dapat menumbuhkan dan mengembangkan cara berpikir dan sikap ilmiah
4. Think pair share dapat menunjang usaha – usaha pengembangan sikap social dan sikap demokratis para siswa
5. Dengan model pembelajaran kooperatif tipe Think pair share siswa memiliki kepemilikian dan kepemimpinan dalam belajar dan menjadi lebih bertanggung jawab untuk menyelesaikan penugasan dan mengendalikan perilaku mereka
Kelemahan model pembelajaran kooperatif tipe Think pair share
1. Jalannya model pembelajaran kooperatif tipe Think pair share umumnya didominasi oleh tutornya sedangkan tuteenya kurang berpartisipasi
2. Model pembelajaran kooperatif tipe Think pair sharememerlukan ketrampilan tertentu yang belum pernah dipelajari sebelumnya
3. Guru biasanya kurang dapat memantau sesi tutorial secara penuh karena ia sambil megajar siswa yang lain.
4. Diperlukan alokasi waktu yang banyak untuk perencanaan dan persiapan guru untuk program ini terutama melatih siswa menjadi tutor , mengkkordinasi materi dan informasi dalam jumlah besar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar